Diambil: Pra-FPS di Ciwidey tahun kemarin.
Candid oleh: @algi0z
----
Sudah lama tida begadang, sudah lama juga tida ngepost. Jadi inget jaman-jaman Pra-FPS yang balik kampusnya lebih malem daripada FPS beneran. Sampai heran aku kenapa bisa begitu, padahal kalo menurut beban kan banyakan FPS bebannya.
Beban laporan, beban dosa, beban tanda tangan setiap jam 8 yang bikin istighfar, beban tanggung jawab, beban badan sendiri, beban revisi, banyak deh.
Ohiya, ternyata memperbaiki tulisan orang dalam hal akademik begini bisa bikin emosi sampai ke ubun-ubun ya. Bikin istighfar di setiap kalimatnya. Kalo masih kayak gini lama-lama bikin trauma. Huft.
Ohiya lagi, ternyata saku bronje gede juga. Buktinya aqua kenyot 750ml aja bisa masuk. Bikin seneng.
Ini hutang #30HariBercerita karena aku hutang 3 hari lagi.
Pokoknya, semua target-targetku tahun ini harus tercapai. Titik.
Termasuk ngeberesin hutang @30haribercerita yang ada 4. Huft. Aku gagal deh tahun ini. Padahal tahun kemarin aku ngutang hanya sekali, masa tahun ini sampai 4. Itu pun kalo aku nggak salah inget. Semoga sih hanya 3 ternyata.
Termasuk juga turun berat badan dan lebih sehat. Walaupun aku suka cheating dan nyaris setiap hari. Nggak apa-apa, kalian akan melihat badanku yang bagus tahun ini. Yogs. Kalo nggak ideal tahun ini, kan masih ada tahun depan. WQ.
Termasuk juga nggak jenuh lagi buat kuliah kayak 2 semester kemarin. Tapi lagipula, nggak akan banyak bolos semester ini soalnya sehari bolos langsung kena sp 1. Huft. Jadi harus dihemat-hemat deh. Emang begini ya nasib anak semester 6? Nggak kerasa ya udah semester 6 lagi.
Termasuk juga lebih hemat. Nabung dong! Ayo nabung! Bisa kok bisa! Semangat nabung demi masa depan yang jalan-jalan.
Yaudah deh, segitu aja.
Pokoknya semua harus tercapai. Titik.
#30HariBercerita #30hbc18titik #30hbc1830
Gerak, cekrek, upload.
Atau nggak,
Gerak, check in, answer.
Rasanya itu semboyan untuk orang-orang yang aktif di Local Guide. Aku sendiri mulai berkontribusi seneng-senengan di Local Guide ini tahun lalu. Gara-gara hal kecil ini, biasanya kalo lagi liburan aku berubah jadi ibu-ibu rempong yang kerjaannya foto sana foto sini.
Aku tahu sekarang, ibu-ibu itu ternyata lebih cocok main Local Guide. Mereka pasti bisa naik level lebih cepet karena sekali upload, foto-fotonya banyak. Foto ruangan, foto kolam renang, foto pemandangan, foto kursi, foto pohon, foto lampu, semuanya di foto. Aku harus sering-sering ngeliat hasil foto ibu-ibu di tempat liburan.
Ibu-ibu juga biasanya melakukan honest review malah super honest review. Kalo nggak suka, mereka nggak akan tanggung-tanggung ngerate tempat dengan bintang 1 atau 2. Terus mereka tuangkan kekecewaannya saat itu juga dan nggak ada yang berani ngelawan. Ibu-ibu emang punya power hebat untuk bikin orang-orang bergerak menjauh ketakutan.
Bergerak lebih jauh, sambil menyumbang review dan foto. Aku akui Local Guide ini emang nggak berperan banyak dalam hidup, tapi aku jadi tergerak untuk terus berkontribusi di dalamnya. Mungkin karena ada level, jadi aku ingin terus bergerak. Mungkin karena aku masih stuck di level 5. Mungkin juga karena aku suka berbagi--pamer mungkin lebih tepatnya, biar orang lain pada bisa merasakan apa yang aku rasakan di suatu tempat.
Jadi, aku bakal terus bergerak biar cepet naik level tahun ini. Yeay!
#30HariBercerita #30hbc18bergerak #30hbc1828 #30hbc @30HariBercerita
Aku pernah nanya "Orang jaman dulu kok jarang ada yang cerai ya?"
.
Terus perempuan cantik disebelahku yang baru menginjak umur 75 tahun minggu kemarin ini menjawab, "Dulu mah laki-laki nya pada setia." Lalu perbincangan itu merembet kemana-mana.
.
"Dulu perempuan kalo mau dimadu, laki-lakinya pasti izin dulu dan biasanya dibolehin. Kalo suaminya ternyata udah nikah lagi, istri pertamanya juga nggak gugat cerai." terus aku terperangah denger penjelasannya.
.
Mungkin kalo aku tahu suamiku kelak nikah diam-diam atau izin nikah lagi, langsung aku seret dia ke pengadilan agama kalo perlu sama istri atau calon istri dan keluarga barunya. Habis itu bikin drama dimana aku nyemprot dia pake baygon sambil teriak, "PERGI!"
.
Dulu juga perempuan disebelahku ini cerita, beliau suka dibawa sama suaminya--yang aku panggil dengan sebutan aki, ke dosennya setiap mau ujian. Mungkin biar aki lulus ujiannya, atau juga biar semangat ngerjain. Mungkin. Aku tanya pun, perempuan disebelahku nggak pernah tahu jawabannya.
.
Setelah dipikir-pikir, jaman dulu emang minim godaan. Buat berkomunikasi aja susah, mau selingkuh terus cerai juga mikir lagi. Sekarang bayangin, semua orang punya sosmed. Sama mantan-mantan kalian dari jaman SMP juga bisa berkomunikasi lagi kan. Barang mengetik nama di kolom pencarian path, facebook & instagram aja bisa memulai semuanya. Sori kalo aku sih nggak punya mantan, nggak ada yang mau sebenernya mah.
.
Jaman dulu sih boro-boro ketemu. Ngobrol lagi aja susah. Urusannya pake surat atau telpon, itu pun bayar. Jadi kemungkinan CLBKnya rendah. Kadang aku pengen jadi orang jaman dulu, seangkatan sama yang sekarang jadi nini-nini dan aki-aki. Aku pengen ngerasain hebatnya perjuangan insan-insan penuh cinta, bukan sekedar gombal kayak Dilan. Huft.
@30haribercerita #30HariBercerita #30hbc1827 #30hbc
Ternyata emang bener, belajar hal-hal kecil itu dimulai dari keluarga. Dari kecil aku selalu dibiasakan dan nggak bosen-bosen dikasih tau tentang hal-hal sepele tapi penting. Contohnya: "Jangan lupa taro lagi barang-barang ke tempat semula."
"Jangan lupa pamit sebelum pergi."
"Jangan lupa bilang 'tolong' sebelum minta bantuan." .
.
Aku pernah ingkar kalimat-kalimat itu. Aku inget banget waktu itu bulan puasa, seorang Odris masih kelas 1 SD. Aku nyuruh bibi buat ngambilin es kelapa muda nggak pake kata 'tolong', terus bibinya lama. Akhirnya aku teriak dari atas "Bi cepetan!" eh tiba-tiba aku dipanggil ibu untuk menghadap ayah. Setiap aku dipanggil ibu untuk ketemu ayah di kamar mereka, pasti aku habis melakukan kesalahan. Ayah lah yang ngasih tau mana yang salah.
.
Ayah nggak pernah marah sampe teriak-teriak kayak di sinetron. Beliau selalu pake sifatnya yang dingin dan kalem tapi menusuk buat ngasih tau. Awal-awal aku selalu nangis, tapi kesini sini udah nggak cengeng lagi.
.
Aku juga pernah pergi nggak pamit karena buru-buru. Padahal itu pergi sama saudara sendiri, tapi balik-balik aku disuruh menghadap ayah lagi. Oh, rasanya kayak ada semacam alarm "Pasti ada yang salah." dan ternyata emang bener, aku nggak pamit dulu pas mau pergi.
.
Ada juga hal-hal yang aku tiru tapi nggak pernah dikasih tau secara langsung. Aku makan pake tangan yang digunain hanya 3 jari itu karena ngeliat ayah. Aku makan tanpa menyisakan nasi satu butir pun karena melihat ibu sama ayah yang makannya rapih. Aku jadi orang yang suka baca novel karena dari kecil dicekokin buku-buku.
.
Lalu ada beberapa hal yang keluarga didik dan nggak aku temukan di individu lain. Aku awalnya menganggap itu sebuah kejanggalan, abnormal. Akhirnya aku sadar bahwa setiap orang punya didikan dari keluarga masing-masing. Caranya selalu berbeda, tapi didikan keluarga akan mengarah ke hal-hal jangka panjang dan baik untuk setiap anak.
#30HariBercerita @30HariBercerita #30hbc18masakecil #30hbc1826 #30hbc
Disini aku pengen mendalami hoaks itu sendiri karena tema @30haribercerita
hari ini tentang hoaks.
Iya, H-O-A-K-S. Begitu nulisnya kalo liat di profile #30hbc #30hbc18hoaks
Karena aku takut mengartikan sesuatu sebelum ditulis, akhirnya aku pake cara ampuh yaitu nyari lewat google. Pertama aku cari di KBBI dan aku nggak nemu apa itu hoaks. Aku nggak nyari sinonimnya karena males. Akhirnya aku berpindah ke Oxford Dictionary dan Urban Dictionary yang isi di Urban aku yakin dia copas dari Oxford karena sama aja. Hoaks kayaknya harus tetep ditulis hoax karena dalam Bahasa Indonesia, hoaks itu nggak ada.
Kok gitu doang jadi permasalahan sih dris? Emang salah ya orang nulis begitu? Emang salah 'x' ditulisnya jadi 'ks'? Nggak. Itu hanya karena aku kepo dan aku merasa ada yang janggal.
Jadi, alih-alih bicara tentang hoax masa kini, aku malah mempermasalahkan penulisan hoax. Memang, orang kayak begini kurang kerjaan.
Tapi biar ada korelasi sama gambarnya, aku cuma mau ngasih tau kalau dietku tahun ini udah nggak hoax lagi. Yeay!
#30HariBercerita #30hbc1824
Senang, kayak lagunya Maliq & D'Essentials.
Aku payah memasang mimik senang untuk difoto, soalnya selalu keliatan kayak lagi ngeden, atau lagi meringis, atau lagi ketakutan. Tapi sebenernya senang itu perasaan kan, nggak selalu harus diperlihatkan. Senang itu energi kan, energi positif, jadi orang-orang disekitarnya bisa kena juga. Aku yakin, nanti mimiknya mengikuti sendiri.
Senang itu... Sederhana. Sesederhana makan masakan padang disaat lagi laper-lapernya. Pantes aja nama rumah makannya 'Sederhana', mungkin itu karena makan masakan padang bikin senang dengan cara yang sederhana.
Sesederhana main ayun-ayunan di Pulau Cilik, Karimunjawa. Walaupun harus cepet gantian karena pada mau foto disitu juga. Senang itu ternyata sederhana, senang itu ternyata kita yang buat.
Senang itu adalah @30haribercerita hanya menghitung hari menuju berakhir. Jadi aku nggak perlu edit-edit dan mikir keras untuk nulis lagi. Senang itu juga berkomitmen untuk #30HariBercerita tahun ini, kalo nggak ada #30hbc, aku nggak akan mau nulis dan ngisi instagramku sedemikian rupa.
#30hbc1823
Anak belang.
Kena panas dikit, belang. Kejemur dikit, belang. Ah pokoknya dikit-dikit belang. Apalagi bagian hidung, foto ini masih tahap sensasi perih-perih kebakar, belum gosong sempurna.
Makanya, buat aku kalimat "Jangan takut hitam/gosong." itu bener-bener nggak berlaku. Jadi aku takut hitam? Nggak, aku takut belang. Bukan apa-apa, tapi aku berkerudung dan bajunya panjang-panjang, kalo gosong jadinya belang keling, bukan belang hitam eksotis.
Besyukurlah kalian-kalian yang kalo belang malah jadinya enak dilihat, nggak keling. Mungkin saksi aku belang banget itu anak-anak MDP 2015, karena mereka ada dalam proses kulit aku sebelum kejemur matahari dan sesudahnya.
Menjijikan. Jadi, iya, aku males kejemur matahari kalo lagi panas-panasnya. Aku nggak masalah kalo sebadan-badan jadi hitam, yang penting nggak belang. Itu aja.
#30HariBercerita @30haribercerita #301822
Sejujurnya aku udah beberapa kali ingin nyerah #30HariBercerita karena kehilangan mood nulis. Waktu itu aku nulis seadanya, udah nggak mikirin apapun yang penting aku setor daripada hutangku makin banyak, soalnya hari itu aku sekalian bayar hutang hari sebelumnya.
Eh tiba-tiba ceritaku di repost malam itu.
Ada satu hari dimana moodku bener-bener hilang, semangat udah sampai nol, foto-foto rasanya udah nggak ada yang menarik buat dishare. Aku memilih antara dua; berhenti atau ngutang.
Aku memilih pilihan kedua dan aku nggak menyesal.
Aku sebel kalo udah merasa terikat seperti ini. Rasanya nggak sreg di hati kalau tiba-tiba selesai di tengah jalan. Padahal kan nggak apa-apa, toh nggak ada kontrak harus nulis @30HariBercerita sampai selesai. Tapi secara perlahan komitmen itu ada dalam diri ini. Cie bener.
Aku berprinsip, apapun yang aku mulai harus aku selesaikan. Apapun yang aku pilih harus aku perjuangkan. Yogs.
#30hbc1820 #30hbc